Dollar Menguat, Minyak Surut

Minyak catatkan penurunan terdesar dalam dua minggu akibat ekspektasi terbunuhnya Osama bin Laden dapat kurangi risiko gangguan pasokan di Timur Tengah. Presiden AS Obama telah konfirmasi kematian pemimpin Al-Qaeda tersebut selama pertempuran di Abbottabad, Pakistan. Ini makin perdalam penurunan harga Minyak yang juga tertekan oleh berkurangnya tenaga pertumbuhan ekonomi Cina, konsumen minyak terbesar kedua dunia.

"Kematian Osama bisa menjadi pemicu bearish karna dapat kurangi ketakutan menularnya kerusuhan di Timur Tengah," ungkap Stephen Schork, petinggi The Schork Group. "Sekarang, pasar miliki alasan untuk koreksi turun signifikan."


Minyak juga tertekan oleh turunya indeks manufaktur Cina di bulan April. Indeks PMI manufaktur tergelincir menjadi 52.9, lebih rendah dari prediksi 54.0 dan publikasi Maret 53.4. "Turunnya indeks manufaktur dapat isyaratkan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang juga berarti berkurangnya konsumsi minyak," papar Jonathan Barrat, petinggi Commodity Broking Services. Pertumbuhan permintaan minyak di Asia akan melambat pada semester kedua tahun ini akibat tingginya harga bahan bakar yang lukai permintaan konsumen, tulis JPMorgan Chase. 

Kontrak minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun 0.5% di awal perdagangan Asia hari Selasa (03/05). Koreksi diiringi oleh penguatan dollar, yang bangkit dari level rendah 3-tahun. Namun minyak masih $2 di atas level rendah hari Jumat ((29/04) setelah berita kematian Osama bin Laden.
Kontrak minyak NYMEX untuk pengiriman bulan Juni telah turun 43 sen ke level $113.09 per barel. Sebelumnya, minyak turun ke 41 sen ke $113.52 sehari sebelumnya. Para pemimpin negara mengatakan bahwa dunia telah aman setelah kematian Osama, tetapi memperingatkan adanya serangan balas dendam.
 
Persediaan minyak mentah AS diperkirakan naik 1.9 juta barel. Mengingat volume impor diperkirakan melampaui jumlah produksi.

(sumber : monex news)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar