Harga minyak mentah yang menjulang akan mengganggu pemulihan ekonomi dunia. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi Arab Saudi selaku eksportir minyak.
Menurut Noe Van Hulst, Sekretaris Jendral International Energy Forum (IEF) bahwa fundamental permintaan dan suplai, dan kapasitas ekstra di pasar, tidak menjustifikasi harga minyak mentah yang tinggi ini.
Harga digerakan oleh skenario “hal yang terburuk atau apa yang akan terjadi jika,” yang kemungkinan besar tidak akan terjadi di kemudian hari.
“Ini waktunya pasar untuk melihat fundamental. Ini saatnya untuk tenang,” kata Van Hulst.
Pada bulan Februari lalu, Arab Saudi memproduksi minyak mentah lebih dari 9 juta barel per hari. Tapi yang mengejutkan di Bulan Maret, Saudi memangkas produksinya sebesar 800 ribu barel per hari karena alasan terjadi kelebihan suplai.
Hal ini langsung membuat harga bensin di AS melonjak menjadi $4 per gallon sementara di Saudi hanya 60 sen per gallon. Obama langsung meminta Saudi untuk memproduksi lebih banyak lagi.
CEO ARAMCO, perusahaan minyak Saudi, Khalid Al-Falih, mengatakan dalam pertemuan industri di Korea Selatan bahwa ada jutaan barel per hari tersedia sebagai kapasitas ekstra.
Van Hulst mengatakan bahwa angka apapun yang anda lihat baik IEA atau OPEC, kapasitas ekstra saat ini masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2008. Dia khawatir bahwa jika harga terus berada pada level saat ini, akan menghambat pemulihan ekonomi.
Kepala komoditi energi ABN AMRO Bank Dubai, Samir Kasmi, yang menggambarkan bahwa pemulihan ekonomi masih rapuh melihat bahwa tidak ada tren kenaikan permintaan minyak mentah.
(sumber : monex news)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar